header

Masya Allah, Untuk Pertama Kalinya Dunia Melihat Hajar Aswad dari Jarak Dekat

Masya Allah, Untuk Pertama Kalinya Dunia Melihat Hajar Aswad dari Jarak Dekat


Presidensi Umum Urusan Dua Masjid Suci Arab Saudi baru-baru ini mendokumentasikan foto Hajar Aswad di Ka’bah dalam Masjidil Haram dari jarak dekat.

Foto tersebut diambil dengan menggunakan teknik fokus panorama bertumpuk. Dalam teknik itu, foto-foto dengan kejernihan berbeda digabungkan untuk menghasilkan satu foto dengan tingkat akurasi dan kualitas tinggi.

Diketahui, butuh waktu sekitar tujuh jam untuk mengambil foto hingga 49.000 megapiksel. Ini adalah kali pertama dunia bisa melihat Hajar Aswad dari jarak sangat dekat.

“Ini adalah pertama kalinya dunia melihat Hajar Aswad lebih dekat,” demikian pernyataan Presidensi Dua Masjid Suci Arab Saudi. Gambar yang diambil sangat jelas sehingga setiap orang bisa melihat setiap bagian batu yang tidak terlihat sebelumnya.

Hajar Aswad terletak di sudut timur Ka’bah dan terlihat seperti satu batu yang terlindung dalam bingkai perak, tetapi sebetulnya Hajar Aswad terdiri dari delapan batu kecil yang digabung dengan frankincense Arab.

batu terkecil ukurannya tak lebih dari 1 cm, yang terbesar tidak melebihi ukuran 2 cm. Bingkai yang dibuat dari perak berfungsi sebagai pelindung dari batu suci itu.

Berdasarkan buku sejarah, Hajar Aswad yang berasal dari surga ditempatkan di Ka’bah oleh Nabi Ibrahim setelah diberikan oleh malaikat Jibril. Sumber: indozone

Sebagaimana diterangkan dalam sejumlah hadits yang diriwayatkan dari berbagai perawi hadits tepercaya, hajar aswad adalah sebuah batu mulai yang berasal dari surga.

Dahulu, saat pertama kali diturunkan, batu ini berwarna putih laksana susu. Namun, karena dosa-dosa manusia hingga ia menjadi hitam (aswad).

Ibnu Abbas RA meriwayatkan, Rasul SAW bersabda, ”Hajar aswad turun dari surga berwarna lebih putih dari susu lalu berubah warnanya jadi hitam akibat dosa-dosa bani Adam.” (Hadits riwayat Tirmidzi, An Nasa’i, Ahmad, Ibnu Khuzaemah, dan Al Baihaqi).

Dari Abdullah bin Amru berkata, ”Malaikat Jibril telah membawa hajar aswad dari surga lalu meletakkannya di tempat yang kamu lihat sekarang ini. Kamu tetap akan berada dalam kebaikan selama hajar aswad itu ada. Nikmatilah batu itu selama kamu masih mampu menikmatinya. Karena akan tiba saat di mana Jibril datang kembali untuk membawa batu tersebut ke tempat semula.” (Hadits Riwayat Al Azraqy).

Riwayat dari Ibnu Abbad RA, menyebutkan, Hajar aswad merupakan batu yang diturunkan langsung oleh Allah SWT dari surga. Rasulullah SAW bersada, ”Demi Allah, Allah akan membangkit hajar aswad ini pada hari kiamat dengan memiliki dua mata yang dapat melihat dan lidah yang dapat berbicara. Dia akan memberikan kesaksian kepada siapa yang pernah mengusapnya dengan hak.” (Hadits Riwayat Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, Ad-Darimi, Ibnu Khuzaemah, Ibnu Hibban, At Tabrani, Al Hakim, Al Baihaqi, Al Asbahani).

Asal-usul Hajar Aswad juga diungkapkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan istri Rasulullah SAW, Aisyah RA, ”Nikmatilah (peganglah) hajar aswad ini sebelum ia diangkat (dari bumi). Ia berasal dari surga, dan setiap sesuatu yang keluar dari surga akan kembali ke surga sebelum tiba hari pembalasan (kiamat).”

Terkait dengan banyaknya riwayat yang menyebutkan bahwa batu hitam ini berasal dari surga, banyak pihak yang penasaran dengan hal tersebut.

Ada yang berusaha mengambil atau mencurinya. Namun, ada pula yang mengaitkannya dengan batu yang bukan berasal dari bumi. Kalangan ini menyebutnya dengan batu meteor. Namun, sebagaimana disebutkan dalam sejumlah hadits, batu hitam tersebut adalah batu yang berasal dari surga.

Namun, terdapat perbedaan pendapat mengenai asal mula diturunkan. Ada yang menyebutkan, batu ini diturunkan oleh Allah SWT melalui perantaraan malaikat Jibril.

Sebagian lagi berpendapat, ia dibawa Nabi Adam AS ketika diturunkan dari surga. Pendapat ini disampaikan Ibnu Katsir, dalam bukunya Qishash al-Anbiyaa’ (Kisah Para Nabi dan Rasul). Wa Allahu A’lam.

Para pihak yang masih ‘penasaran’ dengan batu ini, berusaha mencari tahu asal sumbernya. Ada yang berusaha menelitinya, dan menyatakan

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel